Menyulap Limbah Nanas, Produk Tasnya Banjir Pesanan

           Daun nanas yang selama ini hanya menjadi pakan ternak atau terbuang percuma, ditangan anggota Koperasi Pertanian Langgeng Mulyo, Desa/Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri, dapat disulap menjadi tambang uang. Betapa tidak, melalui sentuhan kreativitas seni, daun nanas itu bisa disulap menjadi berbagai kerajinan cantik yang layak jual. Cahyo Nugroho Kediri Ada berbagai macam kerajinan serat nanas yang diproduksi Koperta Langgeng Mulyo, yang kini sudah merambah ke berbagai penjuru di Indonesia. Mulai kotak perhiasan, tempat kacamata, tas santai, tas laptop, tempat tisu, tas belanja, dan beberapa produk lainnya. Kerajinan serat nanas yang dirintis sejak awal 2010 lalu tak lepas dari sosok Seger Sumarsono, penyuluh perajin UKM Langgeng Mulyo. Menurutnya, usaha ini awal mulanya untuk menampung limpahan daun nanas di Kecamatan Ngancar yang sangat luar biasa banyak. “Untuk bisa membuat berbagai kerajinan ini, saya dulu menjalani pelatihan di Bantul. Setelah mampu, ilmu dari Bantul itu baru dibagi-bagi ke anggota koperasi lainnya,” ujar Seger, bapak dua anak, pekan lalu. Meski sempat mengalami kesulitan, Seger mengatakan, saat ini sudah ada 30 orang tenaga terampil pembuat kerajinan dari serat nanas. Dengan tenaga sebanyak itu, koperasi tak kesulitan memenuhi berbagai pesanan kerajinan dari berbagai daerah di Indonesia yang terus mengalir. Semula, produk kerajinan yang dibuat masih terbatas jenisnya. Namun, seiring berjalannya waktu, setidaknya kini 50 jenis kerajinan dari serat nanas berhasil ia buat. Untuk membuat satu buah produk kerajinan serat nanas, daun nanas harus menjalani sepuluh proses. “Mulai penyisiran, penggodokan, perendaman, penjemuran, pengeringan, penamparan hingga dibuat menjadi sebuah produk,” jelasnya. Tidak mengherankan, produk yang dihasilkan pun memiliki kualitas yang bagus. Toh, aneka ragam kerajinan itu dijual dengan harga terjangkau. Sebut saja, tempat kacamata ditawarkan seharga Rp 15.000, tempat tisu Rp 30.000, tas kecil Rp 50.000, atau tas laptop yang dijual Rp 200.000. “Pemasarannya, perajin Koperta Langgeng Mulyo binaannya ini giat mengikuti ebent pameran. Namun, ke depan saya ingin memiliki showroom sendiri, sehingga hasil kerajinan yang dibuat bisa semakin dikenal masyarakat,” kata Seger, yang menambahkan mereka mampu membuat minimal 30 barang untuk setiap item produk untuk setiap bulannya. Dengan produk sebanyak itu, setidaknya dari unit usaha kerajinan ini bisa diperoleh keuntungan Rp 4,5 juta per bulan. Ia menilai keuntungan itu masih tergolong kecil. Namun, Seger optimistis usaha ini masih bisa dikembangkan lagi. Apalagi, produk kerajinan ini telah menjadi andalan warga Ngancar, yang selama ini menjadi perajin besek. “Kalau dahulu membuat serat nanas hanya sekadar sambilan, saat ini anggota koperasi menjadikan kerajinan ini sebagai unggulan dengan mengerjakannya pagi dan siang hari, sedangkan malamnya membuat besek,” tutur Seger. Untuk pengembangan usaha ini, ia berharap, bisa mendapat tambahan modal dan mesin pemintal. Dengan menggunakan mesin pemintal yang masih manual, Seger mengaku kesulitan jika harus memenuhi permintaan dalam jumlah banyak dalam waktu cepat. Upaya mengatasinya, Koperta Langgeng Mulyo menjajaki kerja sama dengan Universitas Negeri Malang. Dalam waktu dekat, rencananya mesin pesanan itu akan tiba. Salah satu anggota Koperasi Langgeng Mulyo, Sumiati mengatakan, membuat kerajinan dari serat nanas memang prosesnya cukup rumit dan butuh ketekunan. Tetapi, melihat hasilnya yang diterima pasar, ibu dua anak ini tak ragu-ragu lagi menseriusi produk kerajinan berbahan baku serat nanas. Bahan Kain Tenun Manajer KUD Langgeng Mulyo, Endro Puji Astoko mengungkapkan, usaha kerajinan serat nanas ini memang pengembangan dari usaha nanas, dengan lahan sekitar 2.500 hektare nanas di Kecamatan Ngancar. “Ngancar sudah menjadi sentra nanas terbesar di Jatim, karena itu untuk memenuhi kebutuhan bahan baku serat nanas, kami tidak pernah kesulitan,” ujar Endro. Selain diolah menjadi berbagai kerajinan, Endro mengatakan, saat ini KUD Langgeng Mulyo juga sudah menjajaki kemungkinan serat nanas menjadi bahan baku kain tenun. Karena itu pihaknya akan segera menindaklanjuti kerja sama dengan PT Ridhaka Pekalongan, yang selama ini intens membuat kain tenun dengan basis alam, seperti serat nanas. Bukan hanya itu, agar pengelolaan nanas dan limbahnya bisa semakin bagus, pihaknya juga bekerja sama dengan pakar dari Institut Pertanian Bogor (IPB), untuk riset, sekaligus mengembangkan potensi nanas di Ngancar. Jika selama ini petani nanas di Kediri lebih banyak menanam nanas jenis Quin, agar nanas dan seratnya bisa menembus pasar ekspor, pihaknya akan menanam nanas jenis Smooth Cayane. Dengan nanas jenis ini, buahnya bagus untuk ekspor ke Singapura, Taiwan dan Korsel. Sedangkan seratnya lebih bagus jika digunakan sebagai bahan baku kerajinan.

SUMBER :  surya.co.id dengan judul Menyulap Limbah Nanas, Produk Tasnya Banjir Pesanan , https://surabaya.tribunnews.com/2011/06/13/menyulap-limbah-nanas-produk-tasnya-banjir-pesanan.
Penulis: Heru Pramono